Polisi Amankan Pria yang Diduga ODGJ di Serang
Polisi Amankan Pria yang Diduga ODGJ di Serang. Polisi Resor (Polres) Serang berhasil mengamankan seorang pria berinisial W, diduga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), yang kerap bikin gaduh di wilayah Desa Koper, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Penangkapan dilakukan Rabu malam, 10 Desember 2025, setelah polisi terima laporan melalui nomor darurat 110 dari warga setempat. Pria tersebut diduga mengalami gangguan jiwa karena sering menghentikan kendaraan di jalan raya dan membuat keributan, yang sempat picu kepanikan di kalangan masyarakat. Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko konfirmasi penangkapan ini untuk amankan situasi, sambil koordinasi dengan pemerintah desa dan puskesmas. Kejadian ini jadi pengingat pentingnya penanganan ODGJ di masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang fasilitas kesehatan jiwa terbatas. BERITA BOLA
Kronologi Penangkapan Pria Diduga ODGJ: Polisi Amankan Pria yang Diduga ODGJ di Serang
Laporan masuk ke Polres Serang melalui hotline 110 sekitar pukul 18.00 WIB Rabu sore. Pengadu, seorang warga Desa Koper, cerita bahwa pria berinisial W (usia sekitar 40 tahun) kerap bikin onar di Jalan Raya Cikande. Ia sering hentikan motor dan mobil yang lewat, teriak-teriak tak jelas, dan kadang lempar batu ke jalan. “Sudah berulang kali, warga takut, apalagi anak-anak sekolah lewat situ,” kata pengadu via telepon. Tim Polsek Cikande langsung gerak ke lokasi, tiba di TKP sekitar pukul 19.30 WIB. Pria tersebut lagi berdiri di pinggir jalan, tampak gelisah dan berbicara sendiri. Petugas dekati dengan hati-hati, tanpa paksaan, dan amankan ia tanpa perlawanan. Ia dibawa ke kantor polisi untuk identifikasi awal, di mana keluarganya ditemui dan konfirmasi riwayat gangguan jiwa sejak dua tahun lalu.
Perilaku Pria dan Dampak ke Masyarakat: Polisi Amankan Pria yang Diduga ODGJ di Serang
Pria diduga ODGJ ini sudah jadi “penghuni tetap” keributan di Desa Koper sejak akhir tahun lalu. Warga cerita ia sering mondar-mandir di jalan utama, hentikan kendaraan dengan tangan, dan kadang ancam orang lewat. Ada insiden kecil seperti lempar batu ke warung, tapi tak sampai luka berat. “Dia seperti orang hilang arah, kadang minta makanan, tapi tiba-tiba marah,” kata seorang tetangga. Dampaknya nyata: lalu lintas terganggu, anak sekolah takut lewat sendirian, dan warga gelisah—beberapa sudah laporkan ke lurah sejak November. Puskesmas Cikande catat ia pernah dirawat rawat jalan untuk gangguan jiwa, tapi tak rutin kontrol. Kapolsek Cikande AKP Tatang bilang, “Kami tak ingin kejadian eskalasi, makanya langsung amankan untuk kebaikan semua.”
Koordinasi Polisi dengan Pemerintah Desa dan Puskesmas
Polisi tak tangani sendirian. Sejak laporan masuk, Polsek Cikande koordinasi dengan Pemerintah Desa Koper dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Lurah Desa Koper bilang sudah bentuk tim ad hoc untuk pantau ODGJ di desa, tapi kasus ini butuh intervensi medis. AKP Tatang hubungi Puskesmas Cikande untuk konsultasi dokter jiwa, yang konfirmasi pria tersebut butuh observasi lebih lanjut. Kamis pagi, 11 Desember, ia dirujuk ke RSJ Prof. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor, untuk pemeriksaan lengkap. Keluarga ikut dampingi, dan polisi beri pengawasan sementara. “Kami pastikan tak ada tindak pidana, tapi prioritas kesejahteraan,” kata Condro. Ini langkah preventif, mengingat kasus ODGJ di Banten sering eskalasi jika tak ditangani dini.
Respons Masyarakat dan Upaya Pencegahan
Warga Desa Koper lega setelah penangkapan. “Akhirnya aman, anak-anak bisa lewat jalan tanpa takut,” kata seorang ibu rumah tangga. Tapi ada duka: pria itu tetangga lama, dan keluarganya sudah berjuang cari bantuan. LSM kesehatan jiwa puji respons polisi, tapi tuntut fasilitas ODGJ lebih banyak di pedesaan. Polres Serang janji sosialisasi pencegahan, termasuk patroli rutin di area rawan. Ini kasus kedua bulan ini di Cikande, setelah insiden ODGJ serang warga di pasar. Upaya pencegahan: desa bentuk posko ODGJ, dan puskesmas tambah program rawat jalan gratis.
Kesimpulan
Penangkapan pria diduga ODGJ di Desa Koper, Cikande, Serang, oleh polisi jadi akhir dari keributan yang bikin warga gelisah. Dari laporan via 110 hingga rujuk medis, respons cepat tunjukkan komitmen amankan masyarakat. Koordinasi dengan desa dan puskesmas jadi kunci, tapi pencegahan butuh fasilitas lebih baik. Warga Koper bisa bernapas lega, dan semoga pria itu dapat bantuan tepat. Kasus seperti ini ingatkan: gangguan jiwa bukan ancaman, tapi tanggung jawab bersama—agar tak ada lagi kepanikan di jalan desa.
